Konservasi Arsitektur dan Contohnya Di Jawa Barat

Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan, masa depan.

Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.[1]

Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah [2]:

  • Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.
  • Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam
  • (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik.
  • Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan
  • Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.

Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi [sumber daya alam hayati] adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).

Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya.

Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

Arsitektur menempatkan fakta kesejarahan dan makna bangunan bagi kehidupan manusia dengan upaya memelihara teknis serta nilai fungsinya. Pelestarian bangunan bersejarah harus membuka penafsiran baru akan makna baru. Berarti harus diimplemntasikan konsep-konsep dalam perencanaan dan perancangan arsitektur seperti keterkaitan antarkeberadaan bangunan dan eksistensi pemakainya menyangkut kenyamanan.

 

Dasar Pelaksanaan Konservasi

Pelaksanaan konservasi mengacu prinsip utama mempertahankan karakter fisik yang ada dan memberikan manfaat baru.

Skala atau lingkup konservasi dapat meliputi :

  1. Suatu kota atau desa secara keseluruhan (historic town or village) misalnya desa adat Tenganan di Bali, Kampung Naga
  2. Suatu daerah bagian kota (historic town distric) misalnya Kota Lama Semarang, Kompleks Keraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta
  3. Bangunan atau karya arsitektur tunggal, misalnya Lawang Sewu dan mesjid Kauman
  4. Rumah Museum (house Museum) rumah yang mempunyai nilai historis dan sudah tidak berfungsi sebagai rumah tetapi sebagai museum misalnya Rumah George Washington, Rumah Rengas Dengklok, Rumah Bung Karno di Peganggsaan Timur Jakarta.
  5. Ruang Historic (Historic Room) sebuah ruang yang mempunyai nilai sejarah misalnya Surennder Room, ruang tempat jenderal jepang menyerah pada sekutu.

 

Penerapan Konservasi dalam Desain Arsitektur

Beberapa konsep yang dapat dikembangkan tentang istilah dasar pelestarian adalah :

  1. Konservasi, adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna budayanya tetap terpelihara. Ini meliputi pemeliharaan dan sesuai dengan keadaan yang meliputi Preservasi, Restorasi, Rekonstruksi dan Adaptasi.
  2. Pemeliharaanadalah perawatan yang terus menerus dari bangunan , makna dan penataan suatu tenmpat dan harus dibedakan dari perbaikan. Perbaikan mencakup restorasi dan rekonstruksi dan harus dilaksanakan sesuai dengannya.
  3. Preservasiadalah mempertahankan (melestarikan) yang telah dibangun disuatu tempat dalam keadaan aslinya tanpa ada perubahan dan mencegah penghancuran.
  4. Restorasiadalah mengembalikan yang telah dibangun di suatu tempat ke kondisi semula yang diketahui, dengan menghilangkan tambahan atau membangun kembali komponen-komponen semula tanpa menggunakan bahan baru.
  5. Rekonstruksiadalah membangun kembali suatu tempat sesuai mungkin dengan kondisi semula yang diketahui dan diperbedakan dengan menggunakan bahan baru atau lama.
  6. Adaptasiadalah merubah suatu tempat sesuai dengan penggunaan yang dapat digabungkan.
  7. Demolisiadalah penghancuran bangunan atau suatu tempat , tidak masuk dalam kategori pelestarian.

 

 

Konsep Heritage Investment

Konservasi berkaitan erat dengan nilai sosial ekonomi bangunan dan kawasannya. Sehingga pemahaman tentang pentingnya revitalisasi yang terkait erat dengan pengembangan ekonomi lingkungan perlu diupayakan untuk merubah dan menumbuhkan minat masyarakat dan swasta untuk melakukan investasi pada pelestarian pusaka alam dan budaya. Dengan demikian semangat konservasi menjadi fondasi untuk kemitraan yang akan ditumbuhkan. Penyertaan swasta untuk melakukan investasi di bidang ini memerlukan komitmen jangka panjang dan kapasitas pengelolaan yang andal. Selain menyiapkan dokumen rancangan untuk heritage investment sehingga revitalisasi kawasan dapat berkembang berkelanjutan. Aspek-aspek perlu dipersiapkan, antara lain :

  1. Stabilitas peraturan yang mendukung masa depan kawasan revitalisasi. Investor selalu mempertimbangkan resiko bila akan investiasi di kawasan tertentu.
  2. Perlu ada pilot project investasi yang dapat ditunjukkan keberhasilannya sehingga dapat dijadikan alat promosi mengundang sektor swasta.
  3. Perlu dipersiapkan mekanisme agar penduduk lokal justru tidak terpinggirkan dengan kehadiran investor dari luar. Justru invenstasi mandiri oleh lokal diprioritaskan.

 

 

 

 

 

 

 

 

Objek Konservasi di Jawa Barat

Cagar Alam Dungus Iwul

Keadaan Fisik Kawasan

Luas dan Letak
Kawasan hutan Dungul Iwul ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan GB tanggal 21-3-1931 No. 23 srbl 99, seluas 9 Ha. Nama Dungus Iwul berasal dari : Dunggus yaitu sebidang hutan kecil  yang di sisakan tidak untuk pertanian, sedang Iwul adalah nama suatu tanaman sejenis palma yang banyak tumbuh di cagar Alam ini.

Peta Cagar Alam Dungus Iwul Bogor, Provinsi Jawa Barat

Menurut administrasi pemerintahan Cagar Alam Dungus Iwul terletak di Desa Cigeulung Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor .Topografi Keadaan Topografi kawasan ini relatif datar dengan ketinggian 175 m di atas permukaan laut.

Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan ini termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata per tahun 3.191 mm .

 

Karakteristik Flora dan Fauna
CA Dungus Iwul masih menyimpan berbagai jenis flora seperti dahulu. Salah satunya Flora khusus yang ditemukan di CA Dungus Iwul menurut dokumentasi BBKSDA JABAR ialah Iwul (Orania macroladus), Kibanteli (Kickseia arborea), Gandaria (Bovea macrophylla), Ranji (Dialium sp.), Anggrit (Adina polycephala). Sementara hasil pengamatan ditemukan ada enam jenis yakni iwul, beringin, sempur, bayur, renghas, dan berbagai jenis tumbuhan bawah yang tidak teridentifikasi. Spesies tumbuhan dominan di CA Dungus Iwul ialah Orania macroladusatau dikenal sebagai Iwul oleh masyarakat setempat. Populasi Iwul masih cukup banyak. Ini dibuktikan dengan jumlah semai di enam plot contoh sebanyak 250 individu.

Fauna yang ditemukan di kawasan ini ialah Elang pemakan ular (Spilornis cheela), Burung Sepah (Pericroratos sp.), Gagak (Cervus enca), Kutilang (Pycnonatus sp.), Perkutut (Geopelia stritata), Monyet Ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Trachyphithecus auratus), Bajing Terbang (Sciurepterus sagitta), Jelarang (Ratufa bicolor), Babi Hutan (Sus vitatus). Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan ditemukan 28 jenis burung, 1 jenis mamalia, dan 1 jenis reptil. Dari ke-28 jenis burung tersebut tidak ada yang teridentifikasi berstatus perlindungan terancam punah. Sebagian besar menurut IUCN berstatus Least Concern, artinya peluang pemanfaatan spesies tersebut masih cukup luas.

Karakteristik Jasa Lingkungan dan Bentang Alam

Sumber air yang ditemukan di dalam kawasan CA Dungus Iwul berasal dari mata air bernama Hulu Cai’ dan aliran sungai dari sungai Citundun. Lebar sungai rata-rata mencapai 5,83 meter. Lebar hulu sungai sekitar 3.5 meter, sedangkan hilir sungai sekitar 8 meter. Kedalaman sungai rata-rata 61,67 cm. Arus sungai di bagian hulu rata-rata 8,1 detik/meter, sementara di bagian hilir mencapai 6.33 detik/meter. Rata-rata arus sungai tersebut mencapai 6,75 detik/meter. Kedua sumber air ini baik mata iar maupun air sungai dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat mandi, mencuci, dan membuang air besar.

Kawasan CA Dungus Iwul termasuk hutan dataran rendah dengan jumlah tumbuhan bawah yang cukup rapat. Tersedianya tumbuhan bawah mampu membantu menangkal erosi kawasan CA Dungus Iwul khususnya di sepanjang sungai Citundun. Namun pembangunan jalan poros dan land clearing termasuk menyiangi lahan perkebunan sawit PTPN VIII Cikasungka diduga dapat menyumbangkan erosi lahan dan sedimentasi sungai. Ditambah lagi ternyata air sungai digunakan sebagai pembersih bahan tambang (emas) yang berasal dari tempat lain.
Aksesibilitas
Cagar alam Dungus Iwul terletak di pinggir jalan raya antara Bogor dan Rangkasbitung sehingga mudah di capai, rute perjalanannya adalah : Bandung -Bogor 120 Km. Bogor -Jasinga -Lokasi  60 Km dengan kondisi jalan baik dan banyak dilintasi oleh kendaraan Umum.

Cagar Alam (CA) Dungus Iwul merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah, tempat tumbuhnya spesies iwul (Orania sylvicola). Kondisi CA Dungus Iwul mempunyai potensi ditumbuhi berbagai spesies tumbuhan berguna. Keanekaragaman tumbuhan di CA Dungus Iwul tergolong sedang. Potensi tumbuhan berguna di CA dungus Iwul teridentifikasi sebanyak 52 spesies tumbuhan (72.22%). Kelompok kegunaan tertinggi yaitu tumbuhan bahan bangunan (25 spesies). Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar CA Dungus Iwul, teridentifikasi sebanyak 104 spesies dari 52 famili. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tidak berasal dari dalam kawasan CA Dungus Iwul.

Cagar alam ini termasuk cukup terjaga karena masih berhutan di antara perkebunan kelapa sawit yang luas.Kelapa sawit ini luas, sejauh mata memandang maka terlihat hamparan kelapa sawit, sedangkan cagar alam dungus iwul hanyalah areal hutan yang kecil sekitar 9 ha. Hutan ini berada sedikit ke dalam dari perkebunan kelapa sawit. Ada jalan yang berukuran beberapa meter untuk ke dalam areal cagar alam dungus iwul.

Cagar alam ini dikelilingi oleh kelapa sawit yang dibatasi oleh jalan beberapa meter tersebut. Cagar alam sesuai namanya dungus iwul, maka ada jenis tumbuhan yang khas di sini yaitu tumbuhan iwul. Secara sekilas terlihat bentuknya mirip dengan tumbuhan palem. Cagar alam ini pun menjadi habitat satwa diantaranya monyet ekor panjang. Monyet ini cukup banyak di areal ini sehingga bisa menjadi salah satu kajian untuk penelitian mahasiswa.

 

 

Pemandangan sebelah utara Cagar alam Dungus Iwul

 

 

 

 

Daftar Pustaka :

http://dishut.jabarprov.go.id/index.php?mod=manageMenu&idMenuKiri=473&idMenu=482

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/71059

http://diary-kuliah.blogspot.com/2015/01/cagar-alam-dungus-iwul.html

http://www.panoramio.com/photo/82961261

 

Leave a comment