Nuclear Reactor

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. Satu gram U-235 setara dengan 2650 batu bara, membuat sumber tenaga ini memberikan efisiensinya yang sangat tinggi. Semakin efisiensi sebuah proses, semakin banyak keuntungan (baik finansial maupun teknologi) yang didapat. Banyak Negara – Negara di dunia menggunakan PLTN.

                Selain dari efisiensinya Tenaga nuklir lebih ramah lingkungan. Batu bara, minyak bumi, dan gas alam dapat berperan sebagai bahan bakar untuk mendidihkan air, tapi semuanya adalah penghasil polusi udara. Nuklir tidak memberikan polusi udara, kecuali limbah radioaktif yang dapat dikelola dengan teknik tersendiri.  Teknologi PLTN juga jauh lebih canggih daripada pembangkit listrik lainnya. Prinsip dalam teknik adalah semakin canggih, semakin aman.

Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah:

  • Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) – gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika Generator Diesel Darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas)
  • Tidak mencemari udara – tidak menghasilkan gas-gas berbahaya sepert karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap fotokimia
  • Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
  • Biaya bahan bakar rendah – hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan
  • Ketersedian bahan bakar yang melimpah – sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan Baterai nuklir – (lihat SSTAR)

 

 

Berikut ini berberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN:

  • Risiko kecelakaan nuklir – kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan Chernobyl (yang tidak mempunyai containment building)
  • Limbah nuklir – limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun. AS siap menampung limbah ex PLTN dan Reaktor Riset. Limbah tidak harus disimpan di negara pemilik PLTN dan Reaktor Riset. Untuk limbah dari industri pengguna zat radioaktif, bisa diolah di Instalasi Pengolahan Limbah Zat Radioaktif, misal yang dimiliki oleh BATAN Serpong.

Sumber:

Geothermal

Tujuan dari sistem ini adalah memanfaatkan panas alami yang dihasilkan oleh bumi untuk menghasilkan sumber  listrik. Panas yang berasal dari dalam bumi dihasilkan dari reaksi keseluruhan unsur-unsur radioaktif seperti uranium dan potassium. Reaksi nuklir yang sama saat ini masih terjadi di matahari dan bintang-bintang yang tersebar di jagad raya. Reaksi ini menghasilkan panas hingga jutaan derajat celcius. Permukaan bumi pada awal terbentuknya juga memiliki panas yang dahsyat. Namun setelah melewati masa milyaran tahun, temperatur bumi terus menurun dan saat ini sisa-sisa reaksi nuklir tersebut hanya terdapat dibagian inti bumi saja. Pada kedalaman 10.000 meter atau 33.000 kaki, energi panas yang dihasilkan bisa mencapai 50.000 kali dari jumlah energi seluruh cadangan minyak bumi dan gas alam yang masih tersimpan di dunia. Inilah yang menjadi sumber energi panas bumi.

Keberhasilan di proyek EGS seperti di Cooper Basin di Australia, di mana mereka mencapai  tiga setengah kapasitas aliran  setelah pengeboran  ke 250 ° C hingga empat kilometer di bawah tanah. EGS adalah beban dasar sumber daya, yang mampu untuk menghasilkan tenaga listrik 24 jam sehari. Mengandalkan Sistem panas bumi ini juga sangat ekonomis untuk mendirikan sebuah pengoperasian EGS daripada mendirikan pabrik pembakaran batubara listrik baru.

Image

Selain itu,Teknologi EGS, seperti hidrotermal panas bumi, dapat berfungsi sebagai sumber daya beban-dasar yang menghasilkan daya 24 jam sehari, seperti tanaman bahan bakar fosil. Tidak seperti hidrotermal, EGS tampaknya layak di mana saja di dunia, tergantung pada batas-batas ekonomi kedalaman bor. Lokasi yang baik lebih mendalam granit ditutupi oleh 3-5 kilometer (1,9-3,1 mil) lapisan sedimen isolasi yang kehilangan panas lambat [5] sumur EGS diharapkan memiliki umur 20 sampai 30 tahun sebelum suhu turun outflow. sekitar 10 c (18 f) dan baik menjadi tidak ekonomis.

Sistem EGS saat ini sedang dikembangkan dan diuji di Perancis, Australia, Jepang, Jerman, Amerika Serikat dan Swiss. Yang terbesar proyek EGS di dunia adalah pabrik percontohan 25-megawatt saat ini sedang dikembangkan di Cooper Basin, Australia. Cooper Basin memiliki potensi untuk menghasilkan 5.000-10.000 MW.

Sumber:

Mencegah dan Mengendalikan Emisi CO2 (Carbon Capture & Storage / CCS)

Dengan banyaknya produksi mobil dan pemakaiannya di jalan raya, bertambahlah jumlah emisi CO2 yang berkumpul di atmosfer. HIngga sekarang negara-negara didunia mencari cara untuk mengatasinya. Salah satu cara untuk menangani Emisi CO2 adalah dengan cara memanfaatkan teknologi dengan memisahkan Emisi CO2 dan kemudian menguburnya jauh di bawah tanah.

Jepang merupakan salah satu negara terbaru yang menerapkan teknologi CCS. Pada tahun 2009 dialokasikan 3,3 miliar yen ( 35 juta dollar AS) untuk proyek tersebut dan pada Maret 2010 mulai menyimpan CO2 100,000 ton per tahun. Sebuah organisasi penelitian pemanasan global Jepang, Research Institute of Innovative Technology for the Earth  memperkirakan 150 miliar ton CO2 dapat disimpan bawah tanah di Jepang dan di sekitar wilayah pesisir dalam laut. Bagaimana penerapan teknologi carbon capture storage (CCS) di Indonesia? Agaknya masih jauh, karena belum ada negara berkembang yang mengembangkan risetnya. Apalagi mengaplikasikannya. Hal tersebut disebabkan biayanya yang mahal dan jauh dari komersial.

 http://javahotshot.blogspot.com/2012/01/5-teknologi-ramah-lingkungan-untuk-masa.html#sthash.yHZU6pOV.dpuf

Jaringan Cerdas (Smart Grids)

Smart grid merupakan sistem ketenagalistrikan generasi baru yang dicirikan oleh meningkatnya penggunaan komunikasi dan teknologi informasi dalam pembangkitan, distribusi dan konsumsi energi listrik. Ini merupakan sumber energi kelistrikan dengan konsep terintegrasi dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Beberapa sumber energi potensial yang dapat digunakan dalam pengembangan konsep ini adalah panas matahari dan panas bumi.

Menurut laporan Badan Energi Internasional , antara tahun 2003 hingga tahun 2030 dari seluruh dunia akan menghabiskan dana lebih dari 16 triliun dollar untuk mengembangkan dan menginstal smart grid. Tujuan utama smart grid adalah untuk mengatasi masalah umum sistem jaringan listrik saat ini. Smart grid akan membuat pendistribusian dan penggunaan energi yang lebih efisien dan hemat biaya. sedangkan di Indonesia  Smart Grid  sedang dikembangkan. Untuk menyuplai kebutuhan listrik dalam negeri memiliki tingkat kerumitan tersendiri. Pasalnya letak geografis dengan jumlah pulau yang mencapai 13.487 baru 67% yang sudah mendapatkan saluran listrik. Banyak negara maju yang sudah menerapkan smart gridmenuju masyarakat smart electrification. Seperti di Australia, Korea Selatan dan Norwegia.

 http://javahotshot.blogspot.com/2012/01/5-teknologi-ramah-lingkungan-untuk-masa.html#sthash.yHZU6pOV.dpuf

Nanosolar

Manusia selalu mencari cara untuk mendapatkan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Biasanya mereka akan berkutat dari suatu sumber energi terbesar yang pernah mereka lihat. Yaitu matahari.

Sekarang dapat kita lihat dari pencapaian manusia untuk memanen tenaga dari sinar matahari. Contohnya adalah banyaknya panel surya yang sekarang di pakai pada gedung-gedung kantoran supaya kantor mereka menjadi lebih ramah lingkungan. Teknologi surya pun sekarang telah berkembang menjadi lebih baik. salah satunya Nanosolar.

Nanosolar adalah Energi listrik tenaga surya selalu menjadi salah satu sumber energi terbaik, karena dalam pengoperasiannya tidak melepaskan gas gas berbahaya ke udara.  Namun biaya produksi dan operasionalnya secara historis cukup tinggi, tetapi lebih intensif dalam menghasilkan energi listrik. Nanosolar berhasil mengurangi biaya produksi dari $ 3 per watt sampai 30 sen per watt selama pembuatan sel PowerSheet mereka.  

Image

Panel surya ini dapat memaksimalkan transfer sinar matahari menjadi listrik. Dan harus ditempatkan dimana langsung kontak dengan cahaya matahari tanpa terhalangi oleh benda atau obyek. Perusahaan Nanosolar ini secara ambisius akan memproduksi massal  energi surya dengan biaya yang efisien di pabrik mereka di San Jose. yang diharapkan akan menghasilkan tenaga sebanyak 430 megawatt per tahun, atau empat kali produksi gabungan dari semua perusahaan yang ada, yang berbasis tenaga surya.

 http://javahotshot.blogspot.com/2012/01/5-teknologi-ramah-lingkungan-untuk-masa.html#sthash.yHZU6pOV.dpuf